Aku Sayang Ummi

Minggu yang sibuk. Belum seminggu mengantar Adik Anin ke Singaparna mengikuti tes masuk pesantren, kemarin balik lagi ke sana karena mendapat kabar Kakak Bin sakit. Di sana, seharian mengantar Kakak Bin berobat, tidak jauh dari asrama ada RSUD dan kami membawanya ke sana. Alhamdulillah tidak sulit menggunakan fasilitas BPJS. Mulai dari pendaftaran, tindakan segera di IGD, pemeriksaan darah, pemberian obat, hingga pada akhirnya dinyatakan boleh pulang untuk beristirahat.
Kakak Bin tidak keberatan untuk kami tinggal setelah segambreng pesan kami sampaikan. Sebenarnya berat hati meninggalkan Kakak Bin yang belum pulih benar. Mau dibawa pulang pun tidak mungkin karena Senin adalah jadwal UNBK Tsanawiyah dan jadwalnya sama dengan ujian Adik Anin yang kelas 6 SD. Sementara Abi ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal di hari Sabtu dan Minggu. Maka seharian ini saya dan Adik mengurung diri di rumah hehehe. Hanya bolak-balik kamar, dapur, dan ruang tengah.
Saya menahan diri tidak keluar rumah untuk sekadar jalan-jalan cantik dengan si kembar Naura dan Naufal. Atau rutinitas botram di rumah Neng, tetangga depan yang yang punya anak kembar itu. Adik aja bisa kok menahan diri untuk tidak main keluar. Lebih ke jaga kondisi dan membahas ulang soal ujian yang telah diberikan. Belajarnya bisa dihitung tidak lebih dari 1 jam, di waktu pagi, siang, dan malam. Selebihnya main game, dengerin musik, nonton tv, makan, dan beberapa kali bikin minuman dingin. Saya hanya sempat masak dan beresin rumah seperlunya saja. Rasanya hanya itu saja yang ingin dilakukan, hanya ingin lebih menemani Adik saja.
Adik banyak bercerita tentang banyak hal, diantaranya yang dia dan teman- temannya rasakan menjelang UN. Tentang kemana akan melanjutkan sekolah selanjutnya, dan tentang perpisahan yang sudah di depan mata. Beberapa kali saya tanya siapa nama teman yang dia ceritakan. Adik hanya menjawab, “Temen aku we.” Hingga malam hari, saya masih tanya juga siapa teman yang adik ceritakan. Dan masih jawaban yang sama, temen we lah. Kemudian saya tanya lagi, kenapa gak mau sebut teman yang sedang diceritakan dan jawabannya lebih panjang sekarang. Jadi menurut Adik, “Ummi kan gak tau semua teman aku karena teman aku banyak yang dari kelas yang lain. Disebutin namanya juga gak akan tau dan aku malas menjelaskan lebih jauh, biar cepet aja.” Duh.
Cara belajar Adik yang berbeda jauh dengan kakaknya, saya biarkan saja supaya dia nyaman. Kalo Kakak Bin harus belajar di tempat yang sunyi dan tenang. Oleh karena itu menjelang ujian, Kakak akan lebih sering begadang. Sementara Adik lebih nyaman belajar ditemani suara musik yang hingar-bingar dari ponsel, di depan TV pula. Beberapa kali nyuri-nyuri buka IG dan download beberapa lagu baru dan gambar-gambar yang dia sukai. Santai sekali dia menghadapi ujian. Saya yang gemes beberapa kali mengingatkan, "Sudah, De, main game-nya. Sudah, De, mulai belajar lagi. Makan dulu, De. Matiin dulu TV-nya. Sholat dulu, De.” Begitu seterusnya sampai Adik betul-betul melakukan apa yang saya minta, maka saya akan terus bawel.
Sampai Adik beberapa kali merajuk. “Peluk, Mi. Aku sayang Ummi. Bentar, Ummi cantik. Jangan marah-marah terus, entar cepet tua.” Baper jadinya. Saya bilang, "Emang kalo Ummi cepet tua kenapa?" Jawabnya, “Ya jangan tua-tua, segini aja.” Semua orang pasti akan menua dan Adik langsung balas peluk dan ngesun pipi Umminya. Katanya berbisik, “Aku sayang Ummi.” 😍
Besok … adalah pengumuman hasil tes masuk pesantren. Semoga Adik lulus ya….[]
0 comments